A.
Latar Belakang singkat Surat Paulus
kepada Timotius.
Pada
perjalanan penginjilan pertama Markus
Yohanes meninggalkan Paulus,
tetapi ia mendapatkan Timotius sebagai pengganti yang cakap, setelah bertahun-tahun,
hubungan paulus dan timotius menjadi seperti seorang ayah dan anak karena
mereka teman sekerja untuk membawa kabar Injil kepada dunia. Namun saat itu
Paulus sorang diri dalam penjara Romawi yang kers dan dingin. Ketika Paulus
menunggu hukuman mati atas dirinya ia mempergunkan kesempatan ini untuk menulis
suratnya yang mungkin merupakan surat yang terakhir untuk ditulis.” [1]
Timotius adalah anak seorang wanita Kristen Yahudi dan
ayahnya bukan Yahudi dari Listra. Kemungkinan Timotius ini menjadi Kristen
karena pengaruh Paulus. Dalam tugas ini
ia di kirim untuk mengunjungi jemaat-jemaat di Tesalonika, Filipi, dan
Korintus. Menurut tradisi gereja Timotius belakangan menjadi Uskup di Efesus.”[2]
Efesus
adalah tempat kerja Timotius, sejak dahulu kota yang penting ini mula-mula
merupakan koloni Yunani, yakni tempat tinggal orang-orang Yunani dalam
Perantauan, pusat perniagaan mereka. Kota ini merupakan kota yang termasyur di
Asia kecil, kota penghubung dunia Barat dan Timur. Pusat kebaktian ialah kuil
dewi kesuburan : “Ibu Agung” mula-mula inilah dewi Asia barat, yang kemudian
masuk ke dalam agama Eropa: Nama Yunaninya Artemis, nama Latinya Diana. Di
samping perniagaan , pusat berhala ini pun mendatangkan banyak kekayaan pada
kota itu: uang nazar dan persembahan mengalir ke sana dari berbagai penjuru
dunia; orang yang mebeli jimat. (kis 19:27 Kuil Artemis adalah pekerjaan
Demetrius dan teman-temannya) yang mencari tahu untung malangnya dari juru
sihir (orang yang melakukan sihir), orang sakit yang mencari kesembuhan,
pendapatan pelacur “bakti”: dan semua ini mendatangkan kekayaan”.[3]
B.
2 Timotius 2:1-13. (Reader Respons)
Ini
merupakan himbauan dari Paulus kepada Timotius untuk berjuang dengan tekun,
karena yang akan menerima mahkota kemenangan adalah dia yang berjuang dengan
setia. Konflik demikian melahirkan penderitaan, tetapi penderitaan yang
membawa keselamatan. Hal ini digaris
bawahi oleh kata-kata sebuah nyanyian. Perjuangan ini harus ditempuh dengan
baik khususnya sehubungan dengan para penyesat (pasal selanjutnya).”[4]
Dai hal di
atas maka pertanyaannya adalah mengapa Timotius harus ikut menderita seperti
Yesus Kristus untuk memberitakan Injil Kerajaan Allah ?. menurut Kazoh Kitamori
“hakikat Allah adalah Penderitaan”.
Sebelum melihat perikop ini secara khusus saya mencoba melihat terlebih dahulu
gaya
hidup Yesus dan Paulus yaitu mereka tahu apa konsekuensi ketika mengajarkan sesuatu yang benar sementara harus
berhadapkan dengan orang-orang yang dengan konsep kebenarannya yang berbeda, maka resikonya adalah
menderita dan mati. Paulus mengetahui konsekuansi penderitaan itu. Sehingga
pada ayat 1 ini merupakan kata untuk menyemangati untuk jadilah kuat oleh kasih
Karunia dalam Yesus Kristus sedangkan ayat 2-7 dan khususnya ayat 3 Paulus
menguraikan gambaran tentang seorang prajurit yang melayani dengan penuh
pengabdian demi menyenangkan komandannya. Melalui gambaran tersebut, Paulus
ingin agar Timotius mengetahui alasan utamanya dalam melayani Allah, bahkan
dalam suatu kondisi yang sulit sekalipun. Pengabdian sepenuh hati yang ditandai
dengan kerja keras dan perhatian terhadap ketetapan Allah, membawa kemuliaan
terbesar bagi Tuhan apabila pengabdian itu berasal dari hati yang berserah dan
penuh kasih dan juga pada ayat-ayat setelah ayat 3 ini yaitu ayat 5 gambaran
seorang olahragawan yang bertanding dengan mengikuti ataruran aturan
pertandingan untuk mendapatkan hasil yang baik dan dalam ayat 6 Paulus memakai
gambaran seorang petani yang “bagi kami” yaitu bahwa gambaran ini menunjukan
sebuah keraguan Paulus kepada Timotius tentang apakah Tomotius siap untuk
menderita dalam menjalankan tugas pekebaran untuk mewartakan Kabar Baik?
Berkaitan dengan keraguan Paulus ini yang walaupun tidak dituliskan secara
nyata dalam surat ini tetapi kami dapat melihat dari perbandingan dari ayat 3 -
5 yang berisi tentang baigaiaman Paulus member contoh untuk harus kuat dan
bagaimana cara untuk bekerja. Hal ini juga merupakan bagian bagaimana cara
harus percaya dan bagaimana harus mengajar serta ajakan untuk menanggung
konsekuensi dalam menjalankan kepercayaan dan mengajarkan tentang kepercayaan
itu dan cara-cara untuk berjuang atau mengabarkan Firman haruslah untuk tidak
pernah memikirkan dirinya sendiri tetapi berfokus pada apa yang diberitakan.
Ini adalah harapan dari Paulus untuk Timotius dan mengandung juga kata-kata
penguatan dan janji untuk menderita yaitu dalam ayat 7 bahwa Tuhan akan memberi
kepadamu pengertian dalam segala sesuatu. Hal ini diibaratkan seperti pepatah “berakit-rakit
kehulu berenang-renang ketepian, bersakit-sakit dahulu bersenang-senang
kemudian” (menunjuk dunia dan kehidupan kekal). Dalam ayat-ayat selanjutnya dalam ayat 8-10
Paulus mau menunjukan inti pengabarannya kepada Timotius bahwa karena Yesus lewat kebangkitan-Nya
itulah yang diberitakan dalam apa yang disebut Injil dan karena itu juga maka
harus menderita malah akan diberlakukan layaknya seperti seorang penjahat,
disiksa dibelenggu bahwa dihukum mati namun bagi Paulus Firman Tuhan tidak
dapat terbelenggu. Karena Firman Tuhan inilah Paulus mengharapkan Timotius untuk
sabar seperti dia bagi orang-orang pilihan Allah supaya keselamatan bisa
dirasakan secara menyeluruh di dalam Kristus Yesus dengan kemuliaan yang kekal.
Ayat 11-13.
Ada sumber yang lain yang mengatakan bahwa ini adalah sebuah nyanyian. Namun
jelas bahwa ayat 12 Paulus mengutip kata Yesus kepada murid-murid menyangkut
penyangkalan diri. Namun di sini kami melihat bukan sebagai
nyanyian dan juga bukan sebagai kutipan. Yang kami lihat yaitu sebagai sebuah
penguatan untuk hidup, sebuah bentuk ketekunan untuk mengikut Dia, sebuah
bentuk peringatan untuk tetap setia, dan
sebuah bentuk perbedaan bahwa kita kurang setia tetapi Allah di dalam Yesus
Kristus tetap setia.
Dalam tradisi iman Perjanjian Baru mencatat bahwa
penderitaan Allah dan kasihnya itu diwujudkan oleh Yesus Kristus, atau juga
dengan memandang kapada Yesus yang tersalib itu kita dapat merasakan kedalaman
kasih Allah yang luar biasa (Yoh.3:16. Dari situ juga kita boleh Allah yang
berpkerkara dengan dunia manusia yang telah dikuasai oleh dosa sebagai Allah
yang menderita.
Maka melalui Yesus Kristus yang tersalib itu nyata bahwa
Allah dalam kasih-Nya bahwa Ia mematikan diri-Nya manusia hidup, Ia menolak
diri-Nya agar manusia dipersatukan, dengan demikian ketika kita melihat salib
Kristus disana sedang terjadi Allah Bapa sedang menanggung derita dan kematian
Putra-Nya, merasakan kasakitan dan penderitaan manusia yang dirundung dosa dan
derita.
Dengan cara tersaliblah dalam artian kasih-derita-Allah
yang melaui wujud Yesus Kristus yang tersalib itu adalah cara Allah untuk
merangkul dan menyatakan rasa solidaritas-Nya kepada manusia yang berdosa.
Dalam kaitan dengan konteks dalam teks paulus kepada
Timotius ini dengan tujuan sebagaimana hal di atas yakni bahwa Allah di dalam
Yesus Kristus telah tersalib demi menyatakan kasih-Nya pada kita. Lalu Paulus
menyampaikan hal itu kapada Timotius untuk seharusnya mampu melakukan
sebagaimana yang Yesus dan Paulus pernah lakukan hidup menderita demi Firman
Tuhan. Konteks kita dalam penderitaan telah berbeda dengan konteks Paulus
kepada Timotius dimana kehidupan sekarang ini ketika berbicara penderitaan maka
kita akan dihadapkan dalam berbagai aspek penderitaan baik itu politik, sosial,
ekonomi, budaya, agama,dll. Yang mana dari masing-masing tersebut mengandung
unsur penderitaan di dalamnya. Dengan melihat nasihat dari Paulus kepada
Timotius maka kita perlu untuk belajar menghadapi hal-hal itu.
Kaitan dengan itu juga dalam konteks penderitaan yang
perna dialami oleh penulis di pulau Halmahera yang mana konflik horisontal itu
terjadi (Kerusuhan Maluku Utara) sebenarnya hal ini sangat berat untuk penulis
sampaikan atau mengungkapkannya lagi, karena bagi penulis mengingatnya saja
masih terasa sakit. Konflik horisontal yang terjadi itu merupakan bagian dari
mempertahankan nama dan kepercayaan kepada Yesus Kristus, memang ada unsur
politik dalam konflik tersebut tetapi justru kehidupan antar umat beraagama
yang menjadi korban politik tersebut.
Dalam kondisi konflik horisontal itu banyak korban yang
berjatuhan yang juga sempat dilihat langsung dan disaksikan, baik itu korban
jiwa, maupun korban dalam rupa materi. Situasi saat itu menunjukan hidup orang
percaya mengalami penderitaan batin yang luar biasa karena ketika perang
meletus bunyi tembakan dan bunyi bom tampa henti rumah Tuhan hancur disertai
rumah umat Tuhan pun hancur, banyak saudara-saudara yang menjadi korban dalam
perang tersebut hal ini dialami langsung oleh penulis. Setelah itu semua
terjadi kehidupan sebagian umat hidup dalam pengunsian yang kurang lebih 2-3
tahun lamanya bahkan ada yang hingga saat ini tidak kembali lagi ke kampung
halaman mereka.
Semoga kita semua mampu mempertahankan iman percaya kita
kepada Allah dalam Yesus Kristus walaupun berbagai macam bentuk penderitaan
yang datang tampa diduga.
C.
Penutup
Pada bagian
penutup ini kami tidak akan memberi sebuah kesimpulan tetapi kami coba kembali untuk
menggumuli apa yang menjadi perdepatan pada diskusi-diskusi kelas yang lalu
tentang permasalahan keberatan tentang keasliahan surat Paulus kepada Timotius
ini. keberatan terhadap keaslian Surat Penggembalaan ini hanyalah suatu gejala
modern, yang bertentangan dengan bukti – bukti yang kuat yang berasal dari
gereja perdana. Keberatan – keberatan itu mulai dengan serangan Schleiermarcher
atas keaslian 1 Timotius yang kemudian dikembangkan oleh orang lain, Alasannya ialah empat masalah
utama, yang ditekankan secara berbeda – beda; yaitu:
a.
Masalah historis.
suasana sejarah dari Surat – surat Penggembalaan tak dapat dimasukkan ke
dalam kerangka Kisah Para Rasul, dan kebutuhan yang konsekuen untuk menduga
bahwa Rasul Paulus dibebaskan dari penjara, telah mendorong beberapa orang
untuk mengemukakan teori – teori lain. Menurut mereka, semua singgungan
pribbadi merupakan temuan belaka dari seorang penulis yang bukan Rasul Paulus,
atau beberapa di antara temuan itu merupakan catatan asli yang dimasukkanoleh
seorang penulis yang bukan Rasul Paulus ke dalam karya tulisnya. Namun, hal ini
pada dirinya menimbulkan kecurigaan, bahwa teori mereka tak mungkin benar.
Tambahan lagi, sukar sekali memikirkan adanya seorang penulis yang bukan Rasul
Paulus, yang mampu membuat catatan – catatan pribadi yang begitu meyakinkan
seperti teracu dalam Surat – surat ini. Akhirnya, teori – teori seperti itu tak
perlu jika tetap dipertahankan pendapat yang memang masuk akal, bahwa Rasul Paulus
dibebaskan dari penjara di Roma.
b.
Masalah gereja. Pernah dikatakan bahwa keadaan
gereja dalam Surat – surat ini mencerminkan keadaan abad 2 M, dan karena itu
tak mungkin Surat – surat ini ditulis oleh Rasul Paulus. Sayang pandangan ini
didasarkan pada dua alasan yang tidak benar, yakni: bahwa apa yang ditentang
dalam Surat – surat ini ialah Gnostisisme abad 2 M, dan bahwa organisasi gereja
dalamnya terlalu jauh berkembang untuk zaman Rasul Paulus. Meningkatnya pengetahuan modern tentang
Gnostisisme menunjukkan bahwa bidat itu jauh lebih dini berakar dari yang
dianggap dulu, dan bahwa bentuk bidat yang ditentang dalam Sura– surat
Penggembalaan ini sangat jauh bedanya daripada Gnostisime yang sudah
berkembang. Mengenai organisasi gereja, jelas bahwa organisasi yang disebut
dalam Surat – surat Penggembalaan lebih sederhana daripada organisasi pada
zaman Ignatius. (lebih kurang 110 M), dan tidak menunjukkan dengan zaman Rasul
Paulus.
c. Masalah
ajaran. Kealpaan ajaran khas Rasul Paulus seperti terdapat dalam Surat –
suratnya yang lain, dan adanya ungkapan – ungkapan yang beku (misalnya ‘iman
itu’ dan ‘perkataan sehat’) yang mengisyaratkan tahapan perkembangan saat
ajaran Kristen sudah mencapai bentuk yang mantap, telah membuat beberapa ahli
meragukan kepenulisan Rasul Paulus. Sayang mereka tidak menalar bahwa Surat –
surat ini bersifat pribadi, bukan teologis, dan bahwa Timotius sudah mengetahui
ajaran pokok Rasul Paulus, jadi tidak usah diingatkan lagi. Mengenai keberatan,
dapat dikatakan bahwa Rasul Paulus
sebagai perintis penginjilan yang berpandangan jauh, mustahil tidak menyadari
perlunya memelihara dan menjaga ajaran yang benar dalam bentuk yang dapat
diingat, betapa segar dan hidup ucapan – ucapannya terdahulu dalam Surat –
suratnya kepada jemaat – jemaat. Ketepatan istilah – istilah yang dia gunakan
untuk tujuan ini harus diakui.
d. Masalah bahasa. Surat – surat Penggembalaan ini
mengandung sekian banyak kata yang tidak digunakan dalam kitab mana pun dalam
PB. Dan beberapa di antara kata – kata itu tidak terdapat dalam tulisan –
tulisan Paulus lainnya. Ada pengamat yang mengatakan tanda – tanda itu
membuktikan bahwa Surat – surat ini bukan dari Rasul Paulus, terutama oleh
alpanya banyak kata ganti, kata depan dan kata – kata sederhana yang lazim
digunakan oleh Rasul Paulus.”[5]
Pustaka
Buku :
1.
Alkitab Rainbow. Surat Paulus yang kedua kepada Timotius.
2.
Marxen Willi. Pengantar
Perjanjian Baru. Jakarta : BPK-GM, 2009.
3.
Duyverman. M.E. Pembimbing
ke dalam PB. Jakarta : BPK-GM, 2008.
Internet : https://apps.alkitab.co/renunganharian/illustration.php?index=I&topic=29
Tidak ada komentar:
Posting Komentar