Kamis, 26 Maret 2015

TEKNOLOGI DAN TEOLOGI Dalam Praktek Bergereja di GMIM



A.   Pendahuluan.

Apa itu Teknologi dan Teologi dalam Praktek bergereja di GMIM ? pada masa sekarang ini tidak dapat dipungkiri bahwa kemajuan dunia teknologi semakin canggih sehingga berbagai aplikasi tentang kerohanian ada dalam setiap bentuk teknologi. Contoh; aplikasi Alkitab dan kidung jemaat elektronik yang ada pada leptop, tablet dan Hand Phone (HP). dalam kondisi ini dapat mempengaruhi umat percaya tentang apa itu Alkitab dan apa itu Firman Allah. Dan dalam kondisi tertentu orang tidak lagi membawa Alkitab dalam bentuk cetakan LAI tetapi membawa HP yang berisi aplikasi Alkitab elektronik.

Hal yang sama terjadi di GMIM yang mana sesuai dengan pengamatan yang dilakukan khususnya di dua jemaat yang ada di Tomohon Khususnya jemaat Kuranga dan jemaat Sion yaitu ada barapa warga jemaat yang sama sekali dilihat tidak membawa Alkitab yang kita kenal dari cetakan LAI tetapi hanya  membawa sebuah HP yang dipenggang dan mungkin di yakini memiliki arti dan makna yang sama dengan Alkitab cetakan LAI itu.

Dunia sekarang ini dimulai dari era modernisasi manusia  dalam hidupnya telah bergantung pada apa yang namanya teknologi. Berbicara tentang modern kali ini punya pengaruh besar dalam dunia yang dikerenakan perubahan paradigma dan perubahan kebudayaan yaitu gaya hidup yang bersifat pragmatis; yang dimaksud dengan gaya hidup yang bersifat pragmatisme yaitu “suatu gaya hidup yang memberikan hasil-hasil yang memuaskan dan menambahkan pengtahuan serta mudah untuk dilakukan, atau gaya hidup instan tidak mau repot.”[1]

Bertolak dari perubahan paradigma dan pergeseran kebudayaan dari gaya hidup klasik yang dipandang oleh orang modern sebagai gaya hidup kuno yang patut ditinggalkan untuk memakai gaya hidup modern yang kini istilah yang lagi naik daun yang disebut dengan kata “gaul”[2] .  gaya hidup inilah yang membuat manusia dalam sisi-sisi tertentu kehilangan kehilangan rasa kemanusiaannya karena sudah terkontaminasi dengan teknologi. Dalam arti manusia kehilangan rasa hormatnya, manusia kehilangan rasa solidaritasnya, manusia kehilangan rasa kepercayaannya, dan kehilangan rasa yang lain.

Perubahan paradigma yang menyebabkan perubahan gaya kebudayaan dari yang klasik menjadi modern (gaul) itu menyebabkan juga pergeseran cara pandang  dari yang sacral menjadi sekunder misalnya dalam kehidupan bergereja, umat Tuhan dalam beribadah tidak lagi membawa Alkitab dalam bentuk buku tetapi hanya memakai hand phone atau tablet atau juga Laptop. Dengan itu maka Alkitab yang dahulunya dianggap sakral berubah menjadi benda yang bersifat sekuler. Alkitab yang isi dahulu tidak tercampur dengan hal-hal yang lain sekarang tercampur dengan berbagai aplikasi yang ada misalnya dalam Hand phone (HP).

Dari pergeseran kebudayaan dan paradigma juga turut dengan sindirinya cara hidup menggereja atau gereja tampa sadar telah terbawa arus manisnya teknologi sehingga yang juga membawa sifat pragmatis di dalam kehidupan menggereja yang serba instan. Tidak mau repot dengan segalah sesuatu yang ada. Sehingga gereja juga sama dengan manusia yang dalam sisi-sisi tertentu kehilangan rasa, gereja kehilangan identitas, gereja kehilangan jati diri, gereja kehilangan orientasi, karena gereja hanya berfokus pada pengelolaan atministrasi didalam gedung yang megah itu.

Bahkan dalam hubungan dengan gereja dalam menjalankan misi di tengah-tengah dunia ini juga telah meninggalkan tadisi misi yang dulu atau klasik dan kuno dan tertinggal. Sehingga dalam hubungan gereja dan misi juga telah terpengaruh tampa sadar dengan kebudayaan  instan yang bersifat pragmatis. Yang misalnya kita setiap hari atau terutama di hari minggu dalam menonton  televise kita temukan dibeberapa siaran swasta menampilkan sosok artis berwajah pendeta dengan memakai Alkitab bahkan Elektronik untuk menyampaikan Firman Tuhan kapada segalah mahkluk yang melihat. Padahal entah sadar atau tidak misi penyampaian Firman Tuhan itu hanya bersifat satu arah yang itu hanya ditujukan pada warga gereja atau umat Tuhan yang standar ekonominya menengah ke atas. Karena, umat Tuhan yang tidak punya televisi jika model manjalankan misi gereja tersebut tidak akan mengena kepada warga miskin.

Dengan apa yang di sampaikan di atas maka menurut DR. Ivan R. B. Kaunang bahwa baginya alat-alat elektronik yang dapat memberikan informasi secara seluler, jika dimiliki apalagi yang pertama memiliki, maka menjadikan seseorang merasa terkemuka, dan hal itu tidak salah secara manusiawi. Dalam arti bahwa kepemilikan alat-alat elektronik untuk mengakses aspek-aspek keagamaan bukanlah hal yang baru dilakukan oleh manusia. Misalnya mengirim pesan rohani melalui email, hp, sedangkan dalam perekemangannya ada hal yang baru misalnya melalaui Facebook, twitter. Wechat, line,bbm, dll.

Menurut DR. Ivan R. B. Kaunang,  juga pada aspek tertentu kehidupan jemaat menerima sebuah tanda dalam kerangkah berpikir bahwa semuanya hanyalah sebuah permainan simulasi ( Jean Baudrillard). Dan dalam teori simulackrum diuraikan sepersti sebuah cermin. Maka bias dibayangkan bahwa sekarang ini misalnya, jemaat-jemaat membaca Firman Tuhan di gereja-gereja hanya memakai  atau menggunaka LCD, Tablet, Hp atau melalui video film, maka tampa disadari bahwa kekuasaan media dengan ideology medianya sedang menguasai cara berpikir jemaat. Maka kita tidak merasakan yang kita pakai melalui LCD adalah tanda atau symbol.  Maka objek yang kita lihat dalam teori simulasi itu tidak pada objek yang sebenarnya yaitu Alkitab.[3]

Fenomena akhir-akhir ini menunjukan bahwa mulai banyak jemaat yang dalam beribadah sudah tidak lagi membawa Alkitab tetapi membawa hp Blackberry/Samsung dan tablet, dan dalam beribadah coba diamati beberapa saat ini adalah jemaat hanya berfokus pada layar LCD yang di tampilkan oleh operator LCD. Dan hal itu terjadi hampir di semua tempat Ibadah (gedung gereja di daerah Tomohon)

Namun hal yang menarik di sini adalah ketika seorang Pendeta pada tanggal 16 November 2014 di Jemaat GMIM Kuranga dalam kondisi sekarang ini dengan tegas menyampaikan bahwa bagaiamana cara menggukan Hand Phone  dalam setiap ibadah. Maksudnya bahwa HP bisa dibawa kemana saja termasuk dalam ibadah. Namun, HP jangan sampai menjadi pusat/pengganggu untuk kosentrasi dalam beribadah dan sebaik HP itu dinonaktifkan pada saat ibadah karena bisa mengganggu diri sendiri dan orang lain dalam mengikuti dan menghayati ibadah itu.

Karena ketika ibadah itu hanya berfokus pada HP maka secara langsung Firman Tuhan yang disampaikan itu terbuang percuma. Firman Tuhan tidak lagi dipandang sebagai sesuatu yang sangat berharga. Firman Tuhan dijadikan nomor dua dari HP.

 Jika hal ini dibiarkan terjadi terus menerus maka yang akan terjadi adalah orang atau umat tidak lagi perduli sama sekali dengan apa yang disebut Firman Tuhan.  Firman Tuhan hanyalah sebuah hal yang biasa saja, dan lebih fatal lagi adalah perubahan mentalitas dan moralitas dari umat Tuhan yang menjurus pada hal-hal yang sama sekali keluar dari kehendak Tuhan.

Hal Ini merupakan dampak negatif dari teknologi itu sendiri. Dampak negatif lainya yaitu bahwa manusia tidak lagi membutuhkan apa yang namanya sebuah persekutuan umat percaya, karena nilai persekutuan telah berubah menjadi nilai individualistis (sikap yang hanya mementingkan diri sendiri). Selain itu juga sikap-sikap amoral akan lebih dominan yang dimunculkan ke publik dalam pergaulan setiap hari.

Bertolak dari hal di atas maka saya memberikan judul karya ini adalah TEKNOLOGI DAN TEOLOGI Dalam Konteks Bergereja di GMIM . dan sehubungan dengan itu di saat ini kita akan melihat secara rinci apa itu Teologi, apa Itu Teknologi, apa itu Gereja dan apa itu tugas Gereja.

B.   Apa itu Teologi ?

Teologi adalah bidang Studi atau bidang Ilmu yang mempelajari tentang Tuhan. Karena itu, dalam hubungan Teologi sebagai Ilmu. Maka, “Ilmu teologi adalah bidang studi ilmia yang melayani gereja yang diutus ke dalam dunia dalam usahanya untuk memahami dan menghayati karya Allah, sesuai dengan Firman Allah yang hidup; hal ini berarti bahwa ilmu teologi secara kritis meninjau praktik dan misi gereja dalam terang kebenaran Firman Allah.”[4]
Manurut Pdt. Prof. DR. W. A. Roeroe  “ bahwa Teologi adalah bicara-bicara tentang Tuhan Allah”[5]
Dari hal itu maka untuk memahami tentang teologi sebagai bicara-bicara tentang Tuhan Allah maka perlu kita mengetahui apakah karya Tuhan Allah ? dan bagaimana menghayati karya Tuhan Allah itu ?. Pertama; karya Tuhan Allah adalah menciptakan dan membimbing dunia ini, semua ini dikerjakan demi damai sejahtera. Mamang tidak ada peristiwa yang terjadi diluar kuasa Allah, namun sekaligus, bukan berarti semua terjadi secara sama dan umum merupakan karya Tuhan Allah. Ada peristiwa dan tindakan yang secara jelas mencerminkan tindakan Allah yang menyelamatkan. Ada pula peristiwa dan tindakan yang berasal dari kegelapan mata kita. Kedua; menghayati Karya Tuhan Allah. Artinya, Karya Tuhan Allah di dunia ini senantiasa menuntut reaksi dan jawaban kita. Allah berfirman, dan Firman itu menuntut reaksi yang bersangkut-paut dengan seluruh kehidupan manusia. Kita menerima karya Allah dengan memuji serta memuliakan-Nya, dan dengan “mengarahkan kaki kita kepada jalan damai sejahtera” (bnd. Luk 1:79)”[6]

C.   Apa itu Teknologi ?

Di zaman sekarang era teknologi baru bermunculan. Teknologi seperti air saja yang  bersumber dari mata air dan mengaliri kehidupan. Teknologi pun seperti itu, munculnya teknologi baru membawa dampak bagi kehidupan.  Teknologi masa kini yang diciptakan oleh manusia selalu mengalami perkembangan yang pesat. Jadi, apakah yang dimaksud dengan Teknologi ?. Pasti setiap orang tau bentuk dari teknologi tersebut, namun tidak semua orang yang tau pengertian teknologi. nah itulah alasan saya untuk memberi penjelasan mengenai pengertian teknologi. Secara etimologis, teknologi berasal dari kata "techne" yang berarti suatu rangkaian yang berkaitan dengan pembuatan suatu objek atau prinsip-prinsip atau metode dan seni. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990 : 1158), definisi dari teknologi  adalah ; 1) Metode ilmiah untuk mencapai tujuan praktis ilmu pengetahuan terapan, 2) Keseluruhan sarana untuk menyediakan barang- barang yang diperlukan bagi kelangsungan dan kenyamanan hidup manusia. Jadi, yang dimaksud dengan Teknologi adalah suatu benda atau objek yang diciptakkan oleh manusia yang bisa bermanfaat bagi kelangsungan hidup manusia. Teknologi yang diciptakkan oleh manusia pada mulanya hanya sebuah alat-alat sederhana namun besar akan manfaatnya. Dengan inovatif nya manusia membuat teknologi sangat cepat berkembang.[7]
D.  Apa itu Gereja ?
Gereja adalah pereskutuan orang yang terpanggil oleh Firman Allah  dalam Yesus Kristus. Gereja dapat menyatakan diri dalam kehidupan jemaat-jemaat, kelompok-kelompok dan juga dalam kehidupan pribadi dalam semua bentuk ini, orang Kristen berusaha untuk memhami dan menghayati karya Allah . orang Kristen mencari tindakan Allah di dunia ini dan berusaha untuk hidup sesuai dengan kehendak Allah dalam setiap situasi kehidupan.”[8]

Gereja dibagi dalam dua bentuk yaitu gereja yang kelihatan dan gereja yang tidak kelihatan. Gereja yang kelihatan adalah gereja sebagai organisasi dengan jabatan-jabatannya. Sedangkan Gereja yang tidak kelihatan adalah persekutuan orang-orang yang benar-benar percaya di segala tempat dan abad; dan Gereja yang tidak kelihatan adalah tubuh Kristus (Kol. 1:18). Dalam Gereja Protestan, Gereja yang benar adalah : pertama; Gereja yang memberitakan Firman Allah secara murni. Kedua : yang melankan sakramen  secara murni.”[9]

E.   Apa itu tugas Gereja ?
Berbicara mengenai tugas gereja tidak terlepas mengenai bagaiman gereja diutus kedalam dunia. Gereja ada dan berada di tengah dunia oleh karena keberadaan itu bukan demi kepentingan diri sendirinya saja. Tetapi gereja diutus kedalam dunia. Gereja ada dan berada di dalam dunia ini demi dunia itu. Jadi pergumulan Gereja untuk memahami Firman Allah yang hidup adalah pergumulan yang di dalamnya pengalaman, pengharapan serta penderitaan dunia dalam arti umum mempunyai tempatnya. Gereja harus mencoba memahami karya damai sejahtera Allah di dunia ini; gereja mencoba hidup sedemikian rupa sehingga damai sejahtera Allah menjadi makin nyata.”[10]

F.   Refleksi teologis.
Dalam hubungan antara Teologi dan Teknologi yang di sampaikan pada pendahuluan di atas dan dengan kaitan dengan gereja serta tugas gereja maka. Di saat ini saat akan mulai sebagaimana ucapan Yesus dalam Kitab Injil Matius 5 :13-16. Yang mengambarkan Garam dan Terang sebagai gaya hidup yang berguna bagi banyak orang. Yang mana juga di katakana bahwa garam bisa saja tidak berguna dan patutnya dibuang begitu juga dengan terang sebagaimana tempatnnya. Dari hal itu maka dalam kaitan dengan konteks berteologi di GMIM kayanya kita harus kembali menghayati gambaran Garam dan Terang ini sebagai gaya hidup untuk Memuji Tuhan Allah di dalam Yesus Kristus baik dalam ibadah maupun dalam tindakan.

Khususnya menghayati gambaran Garam dan Terang ini dalam ibadah maka, saya setuju sebagaiman Khotbah pada ibadah minggu tgl 16 November 2014 bahwa teknologi (HP) memang perlu. Tetapi jangan sampai HP ini membuat kita menjadi sama dengan gambaran Garam yang telah menjadi tawar di hadapan Tuhan Allah. Mangapah demikian karena dengan teknologi sebagaimana di gambarkan Terang ketika salah menaruh pada tempatnya (Dibawah gantang) maka terang tersebut tidak dapat menerangi ruang tersebutyang berarti bahwa HP memang perlu untuk digunakan pada zaman modern ini tetapi HP adalah hanya sebuah alat komunikasi manusia dengan sesama dengan itu maka gunakanlah HP sebagai alat komunikasi yang benar dan bukan sebagai penghambat diri sendiri dan orang lain dalam ibadah (penggagu keheningan dalam beribadah).

Dalam konteks bergereja di GMIM hal semacam ini adalah sudah merupakan hal biasa bahkan lebih parah lagi ketika umat Tuhan datang beribadah dan tidak membawa Alkitab karena segalah sesuatu telah ada di dinding gedung gereja yang lewat layar LCD, membuat umat menjadi malas dalam membaca, membuat Alkitab menjadi hal yang tidak bernilai lagi. Lalu apakah tugas gereja dalam hal ini ? apakah gereja berdiam diri saja dan hanyut bersama era modernisasi yang membuat umat kehilangan arah ? ataukah gereja perlu bersuara profetik untuk mensosialisakian apa yang seharusnya di ambil dari nilai-nilai modernitas ini.



[1] Pius A. Partanto & M. Dahlan Al Barry. Kamus Ilmia Populer. Arkola, Surabaya : 2001. Hal:622.
[2] Yang dimaksudkan gaya hidup modern atau gaya hidup” gaul” di atas yaitu istilah  yang lagi top ketika seseorang dengan segalah sesuatu dalam hidupnya memakai teknologi modern bukan lagi teknologi klasik.
[3] Ivan R. B. Kaunang,(buku memperingati HUT   ke 80 thn. Prof. Dr. W. A. Roeroe) Komodifikasi Kasih Allah suatu amatan kritis,
[4] B.F. Drewes dan Julianus Mojau. Apa Itu Teologi. Jakarta: BPK-GM. 2011, hlm : 17
[5] Tanggal 30-9-2014. Tatap muka mata kuliah Teologi Kontektual (UKIT YPTK GMIM)
[6] B.F. Drewes dan Julianus Mojau.. Apa Itu…hlm 19.
[8] B.F. Drewes dan Julianus Mojau.. Apa Itu…hlm 20
[9] R. Soedarmo. Kamus Istilah Teologi, Jakarta:BPK-GM. 2008. Hlm 30-31
[10] B.F. Drewes dan Julianus Mojau.. Apa Itu…hlm 20

Tidak ada komentar:

Posting Komentar