A.
Pendahuluan.
Apa itu Teknologi dan Teologi dalam Praktek
bergereja di GMIM ? pada masa sekarang ini tidak dapat dipungkiri bahwa
kemajuan dunia teknologi semakin canggih sehingga berbagai aplikasi tentang
kerohanian ada dalam setiap bentuk teknologi. Contoh; aplikasi Alkitab dan
kidung jemaat elektronik yang ada pada leptop, tablet dan Hand Phone (HP).
dalam kondisi ini dapat mempengaruhi umat percaya tentang apa itu Alkitab dan
apa itu Firman Allah. Dan dalam kondisi tertentu orang tidak lagi membawa
Alkitab dalam bentuk cetakan LAI tetapi membawa HP yang berisi aplikasi Alkitab
elektronik.
Hal yang sama terjadi di GMIM yang
mana sesuai dengan pengamatan yang dilakukan khususnya di dua jemaat yang ada
di Tomohon Khususnya jemaat Kuranga dan jemaat Sion yaitu ada barapa warga
jemaat yang sama sekali dilihat tidak membawa Alkitab yang kita kenal dari
cetakan LAI tetapi hanya membawa sebuah
HP yang dipenggang dan mungkin di yakini memiliki arti dan makna yang sama
dengan Alkitab cetakan LAI itu.
Dunia sekarang ini dimulai dari era modernisasi manusia dalam hidupnya telah bergantung pada apa yang
namanya teknologi. Berbicara tentang modern kali ini punya pengaruh besar dalam
dunia yang dikerenakan
perubahan paradigma dan perubahan kebudayaan yaitu gaya hidup yang bersifat
pragmatis; yang dimaksud dengan gaya hidup yang bersifat pragmatisme yaitu “suatu
gaya hidup yang memberikan hasil-hasil yang memuaskan dan menambahkan
pengtahuan serta mudah untuk dilakukan, atau gaya hidup instan tidak mau
repot.”[1]
Bertolak dari perubahan paradigma dan pergeseran kebudayaan
dari gaya hidup klasik yang dipandang oleh orang modern sebagai gaya hidup kuno
yang patut ditinggalkan untuk memakai gaya hidup modern yang kini istilah yang
lagi naik daun yang disebut dengan kata “gaul”[2]
. gaya hidup inilah yang membuat manusia
dalam sisi-sisi tertentu kehilangan kehilangan rasa kemanusiaannya karena sudah
terkontaminasi dengan teknologi. Dalam arti manusia kehilangan rasa hormatnya,
manusia kehilangan rasa solidaritasnya, manusia kehilangan rasa kepercayaannya,
dan kehilangan rasa yang lain.
Perubahan paradigma yang menyebabkan
perubahan gaya kebudayaan dari yang klasik menjadi modern (gaul) itu
menyebabkan juga pergeseran cara pandang
dari yang sacral menjadi sekunder misalnya dalam kehidupan bergereja,
umat Tuhan dalam beribadah tidak lagi membawa Alkitab dalam bentuk buku tetapi
hanya memakai hand phone atau tablet atau juga Laptop. Dengan itu maka Alkitab
yang dahulunya dianggap sakral berubah menjadi benda yang bersifat sekuler.
Alkitab yang isi dahulu tidak tercampur dengan hal-hal yang lain sekarang
tercampur dengan berbagai aplikasi yang ada misalnya dalam Hand phone (HP).
Dari pergeseran kebudayaan dan paradigma juga turut dengan sindirinya cara hidup
menggereja atau gereja tampa sadar telah terbawa arus manisnya teknologi
sehingga yang juga membawa sifat pragmatis di dalam kehidupan menggereja yang
serba instan. Tidak mau repot dengan segalah sesuatu yang ada. Sehingga gereja
juga sama dengan manusia yang dalam sisi-sisi tertentu kehilangan rasa, gereja
kehilangan identitas, gereja kehilangan jati diri, gereja kehilangan orientasi,
karena gereja hanya berfokus pada pengelolaan atministrasi didalam gedung yang
megah itu.
Bahkan dalam hubungan dengan gereja
dalam menjalankan misi di tengah-tengah dunia ini juga telah meninggalkan
tadisi misi yang dulu atau klasik dan kuno dan tertinggal. Sehingga dalam
hubungan gereja dan misi juga telah terpengaruh tampa sadar dengan
kebudayaan instan yang bersifat
pragmatis. Yang misalnya kita setiap hari atau terutama di hari minggu dalam
menonton televise kita temukan dibeberapa
siaran swasta menampilkan sosok artis berwajah pendeta dengan memakai Alkitab
bahkan Elektronik untuk menyampaikan Firman Tuhan kapada segalah mahkluk yang
melihat. Padahal entah sadar atau tidak misi penyampaian Firman Tuhan itu hanya
bersifat satu arah yang itu hanya ditujukan pada warga gereja atau umat Tuhan
yang standar ekonominya menengah ke atas. Karena, umat Tuhan yang tidak punya
televisi jika model manjalankan misi gereja tersebut tidak akan mengena kepada
warga miskin.
Dengan apa yang di sampaikan di atas
maka menurut DR. Ivan R. B. Kaunang bahwa baginya alat-alat elektronik yang
dapat memberikan informasi secara seluler, jika dimiliki apalagi yang pertama
memiliki, maka menjadikan seseorang merasa terkemuka, dan hal itu tidak salah
secara manusiawi. Dalam arti bahwa kepemilikan alat-alat elektronik untuk
mengakses aspek-aspek keagamaan bukanlah hal yang baru dilakukan oleh manusia.
Misalnya mengirim pesan rohani melalui email,
hp, sedangkan dalam perekemangannya ada hal yang baru misalnya melalaui Facebook, twitter. Wechat, line,bbm, dll.
Menurut DR. Ivan R. B. Kaunang, juga pada aspek tertentu kehidupan jemaat
menerima sebuah tanda dalam kerangkah berpikir bahwa semuanya hanyalah sebuah
permainan simulasi ( Jean Baudrillard). Dan dalam teori simulackrum diuraikan
sepersti sebuah cermin. Maka bias dibayangkan bahwa sekarang ini misalnya,
jemaat-jemaat membaca Firman Tuhan di gereja-gereja hanya memakai atau menggunaka LCD, Tablet, Hp atau melalui
video film, maka tampa disadari bahwa kekuasaan media dengan ideology medianya
sedang menguasai cara berpikir jemaat. Maka kita tidak merasakan yang kita
pakai melalui LCD adalah tanda atau symbol.
Maka objek yang kita lihat dalam teori simulasi itu tidak pada objek
yang sebenarnya yaitu Alkitab.[3]
Fenomena akhir-akhir ini menunjukan
bahwa mulai banyak jemaat yang dalam beribadah sudah tidak lagi membawa Alkitab
tetapi membawa hp Blackberry/Samsung dan tablet, dan dalam beribadah coba
diamati beberapa saat ini adalah jemaat hanya berfokus pada layar LCD yang di
tampilkan oleh operator LCD. Dan hal itu terjadi hampir di semua tempat Ibadah
(gedung gereja di daerah Tomohon)
Namun hal yang menarik di sini
adalah ketika seorang Pendeta pada tanggal 16 November 2014 di Jemaat GMIM
Kuranga dalam kondisi sekarang ini dengan tegas menyampaikan bahwa bagaiamana
cara menggukan Hand Phone dalam setiap
ibadah. Maksudnya bahwa HP bisa dibawa kemana saja termasuk dalam ibadah.
Namun, HP jangan sampai menjadi pusat/pengganggu untuk kosentrasi dalam
beribadah dan sebaik HP itu dinonaktifkan pada saat ibadah karena bisa
mengganggu diri sendiri dan orang lain dalam mengikuti dan menghayati ibadah
itu.
Karena ketika ibadah itu hanya
berfokus pada HP maka secara langsung Firman Tuhan yang disampaikan itu
terbuang percuma. Firman Tuhan tidak lagi dipandang sebagai sesuatu yang sangat
berharga. Firman Tuhan dijadikan nomor dua dari HP.
Jika hal ini dibiarkan terjadi terus menerus
maka yang akan terjadi adalah orang atau umat tidak lagi perduli sama sekali
dengan apa yang disebut Firman Tuhan.
Firman Tuhan hanyalah sebuah hal yang biasa saja, dan lebih fatal lagi
adalah perubahan mentalitas dan moralitas dari umat Tuhan yang menjurus pada
hal-hal yang sama sekali keluar dari kehendak Tuhan.
Hal Ini merupakan dampak negatif
dari teknologi itu sendiri. Dampak negatif lainya yaitu bahwa manusia tidak
lagi membutuhkan apa yang namanya sebuah persekutuan umat percaya, karena nilai
persekutuan telah berubah menjadi nilai individualistis (sikap yang hanya
mementingkan diri sendiri). Selain itu juga sikap-sikap amoral akan lebih
dominan yang dimunculkan ke publik dalam pergaulan setiap hari.
Bertolak dari hal di atas maka saya
memberikan judul karya ini adalah TEKNOLOGI
DAN TEOLOGI Dalam Konteks
Bergereja di GMIM . dan sehubungan dengan itu di saat
ini kita akan melihat secara rinci apa itu Teologi, apa Itu Teknologi, apa itu
Gereja dan apa itu tugas Gereja.
B.
Apa itu Teologi ?
Teologi adalah bidang Studi atau
bidang Ilmu yang mempelajari tentang Tuhan. Karena itu, dalam hubungan Teologi
sebagai Ilmu. Maka, “Ilmu teologi adalah bidang studi ilmia yang melayani
gereja yang diutus ke dalam dunia dalam usahanya untuk memahami dan menghayati
karya Allah, sesuai dengan Firman Allah yang hidup; hal ini berarti bahwa ilmu
teologi secara kritis meninjau praktik dan misi gereja dalam terang kebenaran
Firman Allah.”[4]
Manurut Pdt. Prof. DR. W. A. Roeroe “ bahwa Teologi adalah bicara-bicara tentang
Tuhan Allah”[5]
Dari hal itu maka untuk memahami tentang teologi
sebagai bicara-bicara tentang Tuhan Allah maka perlu kita mengetahui apakah
karya Tuhan Allah ? dan bagaimana menghayati karya Tuhan Allah itu ?. Pertama;
karya Tuhan Allah adalah menciptakan dan membimbing dunia ini, semua ini
dikerjakan demi damai sejahtera. Mamang tidak ada peristiwa yang terjadi diluar
kuasa Allah, namun sekaligus, bukan berarti semua terjadi secara sama dan umum
merupakan karya Tuhan Allah. Ada peristiwa dan tindakan yang secara jelas
mencerminkan tindakan Allah yang menyelamatkan. Ada pula peristiwa dan tindakan
yang berasal dari kegelapan mata kita. Kedua; menghayati Karya Tuhan Allah.
Artinya, Karya Tuhan Allah di dunia ini senantiasa menuntut reaksi dan jawaban
kita. Allah berfirman, dan Firman itu menuntut reaksi yang bersangkut-paut
dengan seluruh kehidupan manusia. Kita menerima karya Allah dengan memuji serta
memuliakan-Nya, dan dengan “mengarahkan kaki kita kepada jalan damai sejahtera”
(bnd. Luk 1:79)”[6]
C.
Apa itu Teknologi ?
Di zaman sekarang era teknologi baru
bermunculan. Teknologi seperti air saja yang bersumber dari mata air dan
mengaliri kehidupan. Teknologi pun seperti itu, munculnya teknologi baru
membawa dampak bagi kehidupan.
Teknologi masa kini yang diciptakan
oleh manusia selalu mengalami perkembangan yang pesat. Jadi,
apakah yang dimaksud dengan Teknologi ?. Pasti setiap orang tau bentuk dari
teknologi tersebut, namun tidak semua orang yang tau pengertian teknologi. nah
itulah alasan saya untuk memberi penjelasan mengenai pengertian teknologi. Secara etimologis, teknologi berasal
dari kata "techne" yang berarti suatu rangkaian yang berkaitan dengan
pembuatan suatu objek atau prinsip-prinsip atau metode dan seni. Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia (1990 : 1158), definisi dari teknologi adalah ; 1) Metode ilmiah untuk
mencapai tujuan praktis ilmu pengetahuan terapan, 2) Keseluruhan sarana untuk
menyediakan barang- barang yang diperlukan bagi kelangsungan dan kenyamanan
hidup manusia. Jadi, yang dimaksud dengan Teknologi
adalah suatu benda atau objek yang diciptakkan oleh manusia yang bisa
bermanfaat bagi kelangsungan hidup manusia. Teknologi yang diciptakkan oleh
manusia pada mulanya hanya sebuah alat-alat sederhana namun besar akan
manfaatnya. Dengan inovatif nya manusia membuat teknologi sangat cepat
berkembang.”[7]
D. Apa
itu Gereja ?
Gereja adalah pereskutuan orang yang
terpanggil oleh Firman Allah dalam Yesus
Kristus. Gereja dapat menyatakan diri dalam kehidupan jemaat-jemaat,
kelompok-kelompok dan juga dalam kehidupan pribadi dalam semua bentuk ini,
orang Kristen berusaha untuk memhami dan menghayati karya Allah . orang Kristen
mencari tindakan Allah di dunia ini dan berusaha untuk hidup sesuai dengan
kehendak Allah dalam setiap situasi kehidupan.”[8]
Gereja dibagi dalam dua bentuk yaitu
gereja yang kelihatan dan gereja yang tidak kelihatan. Gereja yang kelihatan
adalah gereja sebagai organisasi dengan jabatan-jabatannya. Sedangkan Gereja
yang tidak kelihatan adalah persekutuan orang-orang yang benar-benar percaya di
segala tempat dan abad; dan Gereja yang tidak kelihatan adalah tubuh Kristus
(Kol. 1:18). Dalam Gereja Protestan, Gereja yang benar adalah : pertama; Gereja
yang memberitakan Firman Allah secara murni. Kedua : yang melankan
sakramen secara murni.”[9]
E.
Apa itu tugas Gereja ?
Berbicara mengenai tugas gereja tidak
terlepas mengenai bagaiman gereja diutus kedalam dunia. Gereja ada dan berada
di tengah dunia oleh karena keberadaan itu bukan demi kepentingan diri
sendirinya saja. Tetapi gereja diutus kedalam dunia. Gereja ada dan berada di
dalam dunia ini demi dunia itu. Jadi pergumulan Gereja untuk memahami Firman
Allah yang hidup adalah pergumulan yang di dalamnya pengalaman, pengharapan
serta penderitaan dunia dalam arti umum mempunyai tempatnya. Gereja harus
mencoba memahami karya damai sejahtera Allah di dunia ini; gereja mencoba hidup
sedemikian rupa sehingga damai sejahtera Allah menjadi makin nyata.”[10]
F.
Refleksi
teologis.
Dalam hubungan antara Teologi dan
Teknologi yang di sampaikan pada pendahuluan di atas dan dengan kaitan dengan
gereja serta tugas gereja maka. Di saat ini saat akan mulai sebagaimana ucapan
Yesus dalam Kitab Injil Matius 5 :13-16. Yang mengambarkan Garam dan Terang
sebagai gaya hidup yang berguna bagi banyak orang. Yang mana juga di katakana
bahwa garam bisa saja tidak berguna dan patutnya dibuang begitu juga dengan
terang sebagaimana tempatnnya. Dari hal itu maka dalam kaitan dengan konteks
berteologi di GMIM kayanya kita harus kembali menghayati gambaran Garam dan
Terang ini sebagai gaya hidup untuk Memuji Tuhan Allah di dalam Yesus Kristus
baik dalam ibadah maupun dalam tindakan.
Khususnya menghayati gambaran Garam
dan Terang ini dalam ibadah maka, saya setuju sebagaiman Khotbah pada ibadah
minggu tgl 16 November 2014 bahwa teknologi (HP) memang perlu. Tetapi jangan
sampai HP ini membuat kita menjadi sama dengan gambaran Garam yang telah
menjadi tawar di hadapan Tuhan Allah. Mangapah demikian karena dengan teknologi
sebagaimana di gambarkan Terang ketika salah menaruh pada tempatnya (Dibawah
gantang) maka terang tersebut tidak dapat menerangi ruang tersebutyang berarti
bahwa HP memang perlu untuk digunakan pada zaman modern ini tetapi HP adalah
hanya sebuah alat komunikasi manusia dengan sesama dengan itu maka gunakanlah
HP sebagai alat komunikasi yang benar dan bukan sebagai penghambat diri sendiri
dan orang lain dalam ibadah (penggagu keheningan dalam beribadah).
Dalam konteks bergereja di GMIM hal
semacam ini adalah sudah merupakan hal biasa bahkan lebih parah lagi ketika
umat Tuhan datang beribadah dan tidak membawa Alkitab karena segalah sesuatu
telah ada di dinding gedung gereja yang lewat layar LCD, membuat umat menjadi
malas dalam membaca, membuat Alkitab menjadi hal yang tidak bernilai lagi. Lalu
apakah tugas gereja dalam hal ini ? apakah gereja berdiam diri saja dan hanyut
bersama era modernisasi yang membuat umat kehilangan arah ? ataukah gereja
perlu bersuara profetik untuk mensosialisakian apa yang seharusnya di ambil
dari nilai-nilai modernitas ini.
[1] Pius A.
Partanto & M. Dahlan Al Barry. Kamus Ilmia Populer. Arkola, Surabaya :
2001. Hal:622.
[2] Yang
dimaksudkan gaya hidup modern atau gaya hidup” gaul” di atas yaitu istilah yang lagi top ketika seseorang dengan segalah
sesuatu dalam hidupnya memakai teknologi modern bukan lagi teknologi klasik.
[3] Ivan R. B. Kaunang,(buku
memperingati HUT ke 80 thn. Prof. Dr.
W. A. Roeroe) Komodifikasi Kasih Allah suatu amatan kritis,
[4] B.F. Drewes dan Julianus Mojau. Apa
Itu Teologi. Jakarta: BPK-GM. 2011, hlm : 17
[5] Tanggal 30-9-2014. Tatap muka mata
kuliah Teologi Kontektual (UKIT YPTK GMIM)
[6] B.F. Drewes dan Julianus Mojau.. Apa
Itu…hlm 19.
[8]
B.F. Drewes dan Julianus
Mojau.. Apa Itu…hlm 20
[9]
R. Soedarmo. Kamus Istilah
Teologi, Jakarta:BPK-GM. 2008. Hlm 30-31
[10]
B.F. Drewes dan Julianus
Mojau.. Apa Itu…hlm 20
Tidak ada komentar:
Posting Komentar